Bahasa Melayu sebagai Bahasa Persatuan
(oleh Astri Yuniati)
bahasa Melayu |
Barulah pada tahun 1908 kaum intelektual Indonesia dengan segala cara dan upaya berusaha mendirikan organisasi-organisasi untuk mempengaruhi rakyat agar mereka bangkit dan maju serta sadar bahwa dengan mereka menggunakan bahasa Belanda, persatuan dan cita-cita bangsa tidak akan pernah dicapai. Karena dengan mereka menggunakan bahasa Belanda, mereka tidak akan pernah dapat berhubungan dengan seluruh rakyat di berbagai pelosok sebab bahasa Belanda hanya digunakan oleh sebagian kecil rakyat Indonesia. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan suatu tenaga yang besar dalam menentang kekuasaan penjajah maka dengan sendirinya mereka mencari suatu bahasa yang dapat dipahami oleh seluruh bangsa Indonesia. Hal itulah yang menjadi sebab mengapa para pelopor kemerdekaan kita sepakat untuk memiliki satu bahasa persatuan.
Namun, bahasa apakah yang dipilih menjadi bahasa persatuan tersebut dan apa sebabnya? Bahasa yang kemudian dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Hal ini tentulah didasarkan oleh beberapa faktor dan alasan tertentu. Bahasa Melayu sejak zaman dahulu telah menjadi lingua franca di seluruh kepulauan Indonesia.
Namun, bahasa apakah yang dipilih menjadi bahasa persatuan tersebut dan apa sebabnya? Bahasa yang kemudian dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Hal ini tentulah didasarkan oleh beberapa faktor dan alasan tertentu. Bahasa Melayu sejak zaman dahulu telah menjadi lingua franca di seluruh kepulauan Indonesia.
Namun, bahasa apakah yang dipilih menjadi bahasa persatuan tersebut dan apa sebabnya? Bahasa yang kemudian dijadikan sebagai bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Melayu Riau. Hal ini tentulah didasarkan oleh beberapa faktor dan alasan tertentu. Bahasa Melayu sejak zaman dahulu telah menjadi lingua franca di seluruh kepulauan Indonesia. Partai-partai rakyat terbesar, seperti Sarikat Islam, sudah sejak semula memakai bahasa Melayu, bukan bahasa Belanda. Demikian juga surat kabar dan majalah Indonesia telah memakai bahasa Melayu sejak dari mulai lahirnya pada abad ke-19. Bahasa Melayu pun dipakai oleh sekalian orang yang masuk golongan bermacam-macam bangsa dalam pergaulannya bersama; orang Melayu dengan orang Jawa, orang Arab dengan orang Tionghoa, orang Bugis dengan orang Makasar, orang Bali dengan orang Dayak (Alisjahbana, 1988: 24). Bahasa Melayu juga tidak hanya harum namanya, tetapi juga dianggap sebagai bahasa yang paling dihormati di antara bahasa-bahasa negeri timur karena pada abad ke-16 bahasa Melayu dipakai oleh raja-raja di daerah Maluku, khususnya ketika mereka mengirim surat kepada raja Portugis. Di zaman Sriwijaya dan zaman kebesaran kota Malaka pun, ketika daerah tersebut menjadi daerah tujuan transit bangsa-bangsa lain, bahasa Melayu ikut mengalami perluasan penyebaran karena dianggap sebagai bahasa perhubungan. Bahasa Melayu sejak saat itu sudah banyak diketahui orang.
Selain itu, bahasa Melayu juga memiliki struktur yang sangat mudah dipahami—baik dari segi fonetis, morfologis, maupun leksikal—jika dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain, seperti bahasa Jawa. Dalam bahasa Melayu tidak terdapat tingkatan-tingkatan seperti pada bahasa Jawa, yang kata-katanya sering berbeda-beda bergantung pada usia, pangkat, dan kedudukan dalam masyarakat dari orang yang dihadapi, sehingga apabila orang asing hendak mempelajari bahasa itu, ia mau tidak mau harus mempelajari lebih dari satu bahasa. Hal itu jugalah yang menunjukkan bahwa pada bahasa Jawa tersebut terdapat unsur kefeodalan dalam masyarakat yang tentunya sangat bertentangan dengan ciri persamaan derajat di dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Oleh sebab itu, yang kini menjadi bahasa persatuan Indonesia bukanlah bahasa Jawa, yang memiliki jumlah penduduk sekitar tiga puluh juta saat itu, melainkan bahasa Melayu Riau yang sekiranya hanya dipakai oleh penduduk Kepulauan Riau-Lingga dan penduduk pantai-pantai di seberang Sumatera. Namun, justru atas dasar pertimbangan itulah jika dipilih bahasa Jawa sebagai bahasa persatuan maka akan dirasakan sebagai pengistimewaan yang berlebihan atau sebagai upaya pengambilalihan yang malah akan memicu terjadinya gerakan separatisme di negari ini (Prentice, 1978: 19 dalam Kridalaksana, 1991: 195). Demikianlah beberapa faktor yang menjadi dasar pertimbangan mengapa bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa persatuan di Indonesia.
Lain dari pada itu, datangnya semangat baru bagi penduduk Nusantara yang berabad-abad terpecah belah dan tercerai-berai ini mendapat sebuah nama untuk melukiskan perasaan persatuan yang berkobar dalam kalbunya. Akibatnya, pada tanggal 28 Oktober 1928 dicetuskanlah Kongres Pemuda di Jakarta sebagai wujud dari rasa kebangsaan dan nasionalisme tanah air. Bahasa Melayu yang ditetapkan sebagai bahasa persatuan kemudian diubah namanya menjadi bahasa Indonesia oleh M. Tabrani sebagai simbol perasaan persatuan dari keinginan bersatu tersebut. Oleh karena itu, sampai saat ini bangsa Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu yang juga berfungsi sebagai alat komunikasi, penyebaran ilmu pengetahuan, dan alat pengidentifikasian diri.
Daftar Pustaka
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1988. dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia.
Jakarta: Dian Rakyat.
Junus, Umar. 1969. Sedjarah dan Perkembangan ke arah Bahasa Indonesia dan Bahasa Indonesia. Jakarta: Bhratara.
Kridalaksana, Harimurti. 1991. Masa Lampau Bahasa Indonesia: sebuah bunga rampai. Yogyakarta: Kanisius.
The Most Iconic Video Slots On The Planet - Jancasino
BalasHapusThe most iconic video worrione.com slot is the 7,800-calibre slot machine called https://febcasino.com/review/merit-casino/ Sweet Bonanza. jancasino This slot machine was developed in 2011, 토토사이트 developed in the https://septcasino.com/review/merit-casino/ same studio by